Pemimpin Rakyat Ideal (Sebuah Catatan Reflektif )
Boleh dikatakan sebuah tradisi atau memang
sebuah stategi bisnis dan politik biasanya di beberapa edisi surat kabar lokal
pada kolom-kolom khusus selalu sering termuat ucapan dan proficiat atas
pelantikan anggota DPR-D baru atau Bupati dan Wakil Bupati baru . Bukan hanya
ucapan, didaerah pemilihan tertentu kadang dilaksanakan berbagai hajatan dengan
tema syukuran atas terpilihnya pemimpin-pemimpin baru ini. Bisa dimaklumi
karena hajatan-hajatan yang dilakukan ini merupakan cara pengungkapan kegembiraan
masyarakat atas sebuah proses politik yang cukup menguras banyak “korban”.
Malahan syukuran ini dapat dibahasakan sebagai Syukuran Rakyat Dari Rakyat
untuk Rakyat. Ini menunjukan bahwa hajatan-hajatan yang dikemas sebegitu meriah
ini merupakan kegembiraan rakyat karena merekalah yang menjadi penentu
kemenangan ini. Kegembiraan ini juga bukan sekedar euforia yang dibangun untuk
mencari nama. Bukan juga sekedar menjadikan pemimpin baru sebagai Bintang Rock
yang dielu-elukan. Tetapi lebih dari itu secara substansial kegembiraan ini
merupakan suatu bentuk penghormatan, penghargaan dan sekaligus kebanggaan
masyarakat karena ekspetasi mereka akhirnya dapat terwujud. Masyarakat merasa
bangga karena pilihan merekalah yang menjadi pemenang dalam “pertarungan
politik” yang syarat kepentingan ini.
Dalam dinamika politik negara kita,
eufooria kegembiraan politik sebenarnya sudah menjadi budaya bahkan tradisi
masyarakat kita. Inisiatif yang berasal dari masyarakat ini harus menjadi
catatan penting bagi para pemimpin rakyat. Masyarakat merasa lebih berbangga
jika para pemimpin rakyat mampu mengimplementasikan wacana-wacana politis yang
membungkus janji-janji idealismenya.. Bagi masyarakat, dengan janji-janji
politisnya para pemimpin rakyat telah mengindetifikasikan diri mereka sebagai
representasi masyarakat yang bisa diandalkan untuk menjadi hero-hero baru dalam
kemelut demokrasi ini. Tujuan idealisnya adalah untuk mencerdaskan kembali
makna demokrasi yang semakin pudar jatidirinya.
Namun demikian tak dipungkiri juga bahwa
ada sebagian masyarakat yang masih pesimis dengan sepak terjang pemimpin
rakyat. Rasa pesimis masyarakat ini mungkin senada dengan apa yang dikatakan
Adam Przeworski. Pertama, para pemimpin terpilih rakyat sangat
mungkin mempunyai tujuan, kepentingan atau nilai tersendiri. Mereka juga
mengetahui sesuatu dan melakukan tindakan yang tidak mungkin semuanya dapat
diamati dan dimonitor oleh rakyat banyak. Kedua, para pemimpin
terpilih sering memanfaatkan jabatannya itu mereka memperoleh keuntungan bagi
kepentingan mereka diri, golongan dan kelompoknya. Motif-motif politik
seperti inilah yang mendorong mereka melakukan sesuatu yang kadang tidak
mencerminkan aspirasi yang diwakilinya. Cerminan diri para pemimpin rakyat ini
sebenarnya telah menodai makna representatif yang di usung sistem demokrasi.
Karakter pemimpin rakyat demikian hanya membangkitkan rasa pesimistis
masyarakat politik.
Pemimpin Rakyat Ideal
Bagaimana tipe pemimpin yang diidealkan
masyarakat? Tidak mudah menjadi seorang pemimpin rakyat. Pemimpin yang
dikehendaki masyarakat adalah pemimpin yang harus mampu mengakomodir berbagai
aspirasi dan kepentingan masyarakat secara bijak. Untuk itu bagi para pemimpin
rakyat dalam usaha mentransendensikan kebutuhan politik rakyat harus diawali
dengan kerelaan untuk menaklukan kesenangan pribadi dan kepentingan
kelompoknya. Pemimpin rakyat ideal adalah pemimpin di mana dalam mengintervensi
kebijakan politik publik dengan skenario pembangunan harus tetap berada pada
jangkauan kalkulasi kemakmuran rakyat. Pemimpin rakyat ideal juga harus
merumuskan maksud politik pro rakyat yang jelas dan tegas. Harus ada keutuhan
keberpihakan politik dari pemimpin rakyat di mana demokrasi dipertaruhkan
sepenuhnya demi memenangkan keberlangsungan hajat hidup orang banyak secara
khusus memastikan jaminan sosial dan ekonomi kelompok sosial yang hidup dalam
situasi melarat. Dengan demikian demokrasi tidak semata-mata merupakan keperluan
pemimpin rakyat dengan orientasi politiknya untuk mengidolatrisasi kekuasaan
melainkan untuk menerabas kungkungan kerakusan diri yang memperburuk nasib dan
kepentingan rakyat. Pengidolatrisasian kekuasaan dari seorang pemimpin rakyat
hanya akan mengukuhkan posisi puncaknya yang cenderung mengabaikan sikap kritis
untuk memeriksa kerangka kerja politik. kekuasaan yang diembankan kepadanya.
Demokrasi yang diperjuangkan pemimipin rakyat ideal juga juga bukan sekedar
mumpungisme politiknya yang dipergunakan untuk menggenjot keuntungan ekonomi
politik secara sepihak. Tetapi orientasi politik pemimpin rakyat adalah harus
memperjuangkan dan memenangkan keluhan keprihatinan kebanyakan masyarakat. Ini
harus menjadi ikhtiar pemimpin rakyat ideal.
Lalu aspek-aspek apa saja yang harus
dimiliki pemimpin rakya ideal. Memang ada banyak aspek tetapi diakhir tulisan
ini penulis mengangkat dua aspek penting seperti yang diungkapkan John Gledhill
dalam bukunya Rm. Max Regus. Dua aspek yang dimaksud antara lain: Pertama, harus
ada intimasi personal pemimpin rakyat terhadap krisis politik yang berimbas
pada kehidupan politik publik. Intimasi mengandung arti bahwa ada konsistensi
keprihatinan pemimpin rakyat terhadap persoalan masyarakat serentak
memperjuangkan apa yang baik dan benar untuk kebaikan bersama. Konsistensi
pemimpin rakyat dalam keberpihakan juga berarti ada kesetiaan untuk menapaki
jalan terjal menuju kejujuran demi membungkam semakin banyak perkara yang
merusak martabat publik. Pada titik ini seorang pemimpin rakyat harus berani
memberikan diri tidak terutama untuk mengambil kesempatan sebanyak mungkin
dalam mengurus kepentingan dirinya sendiri. Itulah komitmen bukan juga sekedar
janji tetapi ketekunan pada panggilan pribadi untuk berdiri di pihak yang benar
dan menerobos apa yang dianggap menghalangi jalan menuju keadaban demokrasi
politik. Janji politik dari diri pemimpin rakyat ini juga harus diikuti dengan
sikap kesetiaannya pada kekuasaan yang mengutamakan nilai kebenaran dan
keadilan.
Kedua, responsibilitas politik pemimpin rakyat. Berhadapan
dengan persoalan pelik yang dihadapi masyarakat maka pemimpin rakyat harus
gesit mendengarkan suara rakyat dan cekatan menjelaskan apa yang terjadi tanpa
basa-basi. Responsibilitas merupakan deskripsi dari maturitas/kematangan
politik pemimpin rakyat dan menunjukkan sebuah peradaban demokrasi. Hal ini
dapat terealisasi mengandaikan adanya keberanian melintasi (passing over)
kepentingan sendiri dan kelompok. Dua aspek ini penulis pikir dapat kita
jadikan indikator praktis untuk menentukan dan menilai apakah pemimpin rakyat
mampu mengembangkan budaya demokrasi yang beradab dan manusiawi atau pemimpin
rakyat yang hanya mengiklankan demokrasi mulut yang sudah terinfeksi
kebohongan. (EL)
Komentar
Posting Komentar