Postingan

Diskusi 17 Agustus GEMADORA Kupang: Dari Kuliah sampai Pasar Waiwadan

Gambar
  Hari sudah sore kira-kira jam 17.20 WITA. Dari rumah sayapun bergegas menuju alamat yang dituju. Alamat berdasarkan undangan yang disampaikan via chat whatshap. Beat pun kulajukan secepat mungkin. Jika disesuaikan dengan waktu pada undangan saya sudah terlambat. Namun untungnya jarak antara rumah dan alamat undangan tidak terlalu jauh. Butuh waktu 7 menit sampai disana. Paling lambat 12 atau 13 menit jika dihadang kemacetan di area pasar, pertigaan atau di area supermarket. Iya macet. Masalah klasik yang sering terjadi di kota-kota modern. Termasuk disini, kota Kupang.  Tidak berselang lama saya pun tiba. Dari jalan terlihat beberapa   orang sudah menunggu. Mereka adalah anak-anak kuliahan. Terlihat mereka sedang asyik. Asyik bersendagurau, ada juga terlihat sangat serius. Mungkin mereka lagi berbagi pengalaman tentang aktivitas organisasi dan perkuliahannya mereka. Ataupun tentang uang makan dan uang kos yang belum dikirim orang tua-sanak keluarga yang ada di kampung. Ya beginila

Rakerda I Partai Demokrat NTT: Kontemplasi, Evaluasi dan Aksi Politik

Gambar
  Sekitar jam 15.30 WITA, situasi di depan pendopo Aula Biara Susteran SSpS Bello-Kolhua, Kota Kupang tidak seperti biasanya. Sudah berkumpul para petinggi, pengurus, anggota partai dengan mengenakan identitas partainya yang khas. Terlihat di pinggir jalan, di hamparan lorong-lorong, di depan pintu-pintu masuk ruangan terpampang tulisan Rapat Kerja Daerah I (Rakerda I) Partai Demokrat dengan gambar berlatar biru dongkel dengan logo bintang bersinar tiga arah. Iya benar logo bintang bersinar tiga arah. Sebuah logo khas sebuah partai yang sudah sangat familiar dan tidak asing bagi semua masyarakat Indonesia baik yang di kota-kota maupun di pelosok-pelosok kampung. Logo yang secara internal memiliki arti filosofis yang sangat kental memagari gerak langkah perjuangan anggotanya yaitu: Nasional-Religius, Humanisme dan Pluralisme. Itulah jiwa perjuangan yang mereka usung. Inilah spirit mulia partai ini; sebuah partai besar yang pernah memegang kendali roda perjalanan Negara Indonesia beberap

Air Mata Alexa

Gambar
  “Namaku Alexa”. Namun kadang teman-teman memanggilku, Xa. “Aku Alfonsus”. Nama panggilanku, Al. Itulah awal perkenalan kami di penghujung senja itu. Gadis setengah baya. Ya. Alexa namanya. Nama yang keren. Tidak sebatas itu. Seketika nama itu mengingatkanku pada sebuah kisah tua . Kisah tentang sosok masa lampau di belasan tahun yang lalu. Sosok penuh kenangan dalam kisah kebersamaan nan penuh daya. Antara aku, dia dan mereka. Ya. Dia Alexa teman kuliahku yang multi talent itu. Alexa Maria Adrianingsih. Itulah nama lengkap sosok tomboy berperawak imut kelahiran Temanggung. Gadis sosok tomboy itu jago mengutik snar-snar dengan nada-nada reggae. Semakin sempurna jika ia balutkan dengan lantunan suaranya yang khas. Walau berpenampilan keracak, berjiwa pemberontak tapi berhati lembut. Ia adalah satu-satunya gadis yang menjadi pemanis kekasaran pembawaan diri kami. Maklum ia satu-satunya darah Jawa yang mampu mengerti sosok dan karakter anak-anak Timur yang mendapat stigma blak-blak

NATAL 2020: INILAH KATA-KATAKU

Gambar
  Saya menulis ini pagi 24 Desember 2020 ketika kamarku masih sepi. Tak ada berisik dan kesibukan apapun terdengar. Biasanya ada suara gemericik hujan karena semenjak bulan Desember hujan selalu turun. Namun pagi ini awan terlihat cerah. cerah tapi sepi. Ya seperti rumah tak bertuan. Namun di luar sana, melalui jendela-jendela angin kamarku terdengar sepoi alunan lagu Natal yang berdentang diberbagai arah dengan versi lagu yang beranekaragam. Ya inilah momen menjelang Natal dimana di rumah-rumah orang menyambutnya dengan sukacita. Orang-orang menyambutnya dengan perayaan yang luar biasa. Di Kupang tempatku tinggal sekarang lebih beda mungkin juga sama dengan kota/wilayah lain yang mayoritas beragama Kristen. Gaung Natal sudah mulai bergema semenjak awal bulan Desember. Lagu-lagu Natal mulai didendangkan di sana-sini. Pernak-pernik Natal sudah bertebaran dimana-mana. Ya. Cinta akan momen Natal sungguh luar biasa. Perayaan Natal bagaikan sebuah momen perayaan yang sangat dinanti-nant

REKOLEKSI ala GEMADORA Kupang (Sebuah Catatan Kisah)

Gambar
Hari itu Minggu. Tanggal 22 November 2020 tepatnya.  Suasana pagi di kos bercat kuning pudar itu tidak seperti biasanya. Banyak orang sudah berkumpul. Bukan golongan orangtua. Bukan pula golongan anak belia. Ini golongan muda-mudi. Golongan orang-orang muda. Jumlahnya lumayan banyak. Kurang lebih 30-an orang. Cukup ramai. Itupun belum semuanya hadir dengan alasannya masing-masing. Ada yang masih berhalangan karena sibuk dengan urusan kampus. Ada pula yang masih stay di kampung halaman akibat pademi Covid-19. Maka yang berkumpul hanya sebatas itu. Mereka berkumpul pun ada maksud. Bukan pesta. Bukan pula diskusi. Tetapi kali ini mereka berkumpul dengan tujuan agak beda. Rekoleksi. Rekoleksi organisasi. Ya, organisasi kemahasiswaan yang masih berumur belia. GEMADORA Kupang namanya. Gerakan Mahasiswa Adonara Barat panjangnya. Konsep dan Kondisi Rekoleksi? Ada yang kaget. Mungkin konsepnya dibuat mendadak. Bahkan hal baru bagi organisasi yang belum lama ini merekrut 21 anggota baru. Iya

“Sepenggal Refleksi dari Tanah Marapu”

Gambar
Tak terasa satu tahun masa orientasi pastoral sudah selesai. Masa yang bagi saya menyimpan sejuta kenangan indah. Kenangan bersama Tuhan yang hadir dalam kesederhanaan, hadir dalam suka duka hidup beriman umat di ujung timur tanah Marapu, tepatnya di paroki St. Andreas Ngallu, Sumba Timur. Secara pribadi saya bangga menjadi bagian dari hidup mereka. Bersama mereka kami berjuang menjaga dan merawat benih iman kekatolikan yang masih belia. Memang tidak mudah karya iman ini. Berhadapan dengan situasi umat yang masih bergelut dengan tetek bengek persoalan kehidupan menggereja, sosial, budaya, ekonomi kadang-kadang melemahkan semangat saya dalam berpastoral. Bahkan pengennya tugas ini segera berakhir. Berat rasanya mengabdi di tanah yang masih kuat berakar budaya tuan dan hamba ini. Bertahan demi Sebuah Pelayanan….. Waktu terus berjalan membingkai hari-hari pastoral saya di tanah yang terkenal dengan keindahan panorama pantai dan tenun ikat Kaliudanya. Dengan kemampuan yang

Mendidik yang Kontruktif? Perlu Mengedepankan Mekanisme Dialogis

Gambar
Tak dipungkiri berbagai gejala yang   mengindikasikan   intoleransi dan    radikalisme masih berpotensi terjadi di   Indonesia. Potensi-potensi ini sebagian sudah terjadi meski hanya di beberapa daerah, sebagian besarnya bukan tak mungkin akan   muncul ke permukaan secara masif   di waktu   yang   akan   datang,   jika tidak   ditangani secara sungguh-sungguh. Rentetan serangan terorisme dari   Mako Brimob sampai Polretabes Surabaya, dari Sidoarjo sampai Riau dan lain-lainnya yang terjadi belum lama ini adalah bukti nyata kecenderungan ini. Tragisnya teror membabi buta ini meninggalkan jejak keprihatinan, kesedihan dan duka yang mendalam. Bahkan untuk kalangan tertentu yang menjadi saksi mata bahkan korban dari serangan ini, kejadian yang mereka alami meninggalkan keadaan jiwa yang sangat traumatik. Hal ini wajar karena serangan ini datangnya tiba-tiba, tak terduga dan cara yang ditempuh sangat brutal dan tidak berperikemanusiaan. Efek dari kejadian ini membuat situasi hidup m