NATAL 2020: INILAH KATA-KATAKU


 

Saya menulis ini pagi 24 Desember 2020 ketika kamarku masih sepi. Tak ada berisik dan kesibukan apapun terdengar. Biasanya ada suara gemericik hujan karena semenjak bulan Desember hujan selalu turun. Namun pagi ini awan terlihat cerah. cerah tapi sepi. Ya seperti rumah tak bertuan.

Namun di luar sana, melalui jendela-jendela angin kamarku terdengar sepoi alunan lagu Natal yang berdentang diberbagai arah dengan versi lagu yang beranekaragam. Ya inilah momen menjelang Natal dimana di rumah-rumah orang menyambutnya dengan sukacita. Orang-orang menyambutnya dengan perayaan yang luar biasa.

Di Kupang tempatku tinggal sekarang lebih beda mungkin juga sama dengan kota/wilayah lain yang mayoritas beragama Kristen. Gaung Natal sudah mulai bergema semenjak awal bulan Desember. Lagu-lagu Natal mulai didendangkan di sana-sini. Pernak-pernik Natal sudah bertebaran dimana-mana. Ya. Cinta akan momen Natal sungguh luar biasa. Perayaan Natal bagaikan sebuah momen perayaan yang sangat dinanti-nantikan seperti menunggu pelangi sehabis hujan. Semuanya serasa tidak sabar kapan momen itu muncul. Kapan momen itu tiba.

Namun bagi orang Katolik Natal bukan sekadar perayaan sukacita. Natal merupakan sebuah perayaan introspeksi diri. Introspeksi dalam sebuah penantian. Penantian akan hadirnya seorang penyelamat. Saya sudah siap atau belum? Itulah pertanyaannya. Maka bagi orang Katolik dalam tradisi Natal ada empat minggu masa Adven sebagai minggu-minggu permenungan. Setiap minggu selalu dibubuhi tema-tema reflektif untuk direnungkan. Sehingga masa adven bagi orang Katolik merupakan masa tenang. Bahkan berdasarkan tradisi lagu natal belum bisa didendangkan. Sepi. Sunyi. 

Namun mengikuti trend zaman tradisi mulai berlaku fleksibel. Orang sudah bisa mendendangkan lagu Natal namun dengan volume yang kecil. Itulah fenomena yang tampak terjadi selama ini. Hal juga membuktikan bahwa euforia Natal sangat kuat tak terbendung menghipnotis bahkan melepas batas-batas tradisi itu sendiri. 

Apakah itu salah? Semuanya kembali pada diri kita. Bagi saya pada intinya Natal harus juga menjadi momen pembaruan diri untuk mengarungi sepak terjang kehidupan di tahun 2021. Itulah hakikat Natal yang sebenarnya. Kristus lahir, kitapun harus lahir kembali menjadi manusia baru yang lebih baik.


Dan hari ini 24 Desember pun tiba. Malam Natal. Sebuah momen puncak dari rentang waktu masa-masa permenungan itu sendiri. Hari yang sepi namun sakral. Sepi karena situasi yang tidak begitu normal akibat pandemi Covid 19. Sepi karena harus jauh dari keluarga. Sepi karena harus membatasi diri pada keramaian yang biasa terjadi di masa-masa perayaan Natal.Tapi tak mengapa. Inilah kesempatan yang Tuhan beri. Jadikan semua kenyataan ini sebagai kesempatan iman. inilah Natal yang sesungguhnya.Natal bukan hanya sekadar perayaan namun juga menjadi sebuah momen permenungan. Momen introspeksi diri.

Selamat Natal buatmu semua. Semoga Rahmat Kelahiran Kristus memberikan spirit baru untuk mengarungi  kehidupan di tahun 2021. Gloria in Excelsis Deo!!! (*)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter: Bagaimanakah Peran Praksis Sekolah?

REKOLEKSI ala GEMADORA Kupang (Sebuah Catatan Kisah)

MADING SEKOLAH: Wadah Praktis dan Kreatif untuk Mengasah Kemampuan Menulis