Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2016

Pentingnya Dialog yang Kondusif (Tanggapan Solutif tentang Persoalan Guru Lapor Murid, Orangtua Murid Lapor Guru)

Gambar
Akhir-akhir ini kita mendengar berita cukup heboh dalam ranah pendidikan yaitu konflik internal antara guru dan siswa (orangtua) yang  berbuntut pada tindakan hukum. Misalnya kasus guru yang mencubit siswa di Sidoarjo (Jawa Timur) dan Bantaeng (Sulawesi Selatan) dan siswa yang mencoret-coret tembok di Sleman, Yogyakarta. Fenomena ini menyita beragam tanggapan pro dan kontra dari berbagai pihak. Setiap orang atau kelompok berusaha memberikan tanggapan sesuai dengan kapasitas dan sudut padang masing-masing. Saling menjatuhkan, memfitnah, menyalahkan satu sama lain akhirnya membuat relasi jadi tidak karuan. Setiap oknum mencari pembenarannya masing-masing. Sebenarnya masalah cuma sepele tetapi karena penanganannya tidak cerdas, bermotif ketidakpuasan menyebabkan nuansa saling mengkambinghitamkan sukar diredam. Apalagi setiap orang berusaha menempatkan diri pada posisi yang paling benar tanpa kompromi. Apa memang harus demikian? Terkait dengan masalah ini  mantan Menteri Pendidi

Pendidikan Karakter: Bagaimanakah Peran Praksis Sekolah?

Gambar
Tulisan saya ini sebenarnya terinspirasi dari tulisan Topo Santoso yang dimuat dalam kolom Opini Kompas 16 Juli 2016 dengan judul “Hilangnya Karakter”. Dalam uraiannya Topo Santoso secara gamblang menelaah gagalnya rezim pemerintah saat ini dalam merekrut hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Efek dari kegagalan itu secara real tampak pada fenomena krusial di mana  para hakim yang terpilih terjaring pada praktek suap menyuap (korupsi). Hal ini merupakan sebuah gejalah yang problematis. Masa pelaku pemberantas korupsi juga mempraktekan tindakan korupsi? Sebuah kredibilitas publik yang sangat disayangkan. Hal ini perlu disikapi secara serius jika tidak optimisme publik terhadap upaya rezim untuk memberantas tindak pidana korupsi semakin anjlok. Lalu apa solusi praktisnya? Dalam tulisannya penulis menekankan pentingnya proses atau tahapan penyeleksiannya. Para hakim tipikor yang dipilih harus memiliki selain kapasitas, intergritas yang mumpuni tetapi lebih penting memiliki karak

Pendidikan: Sirkuit Balap atau Taman Belajar?

Gambar
Menarik untuk dicermati tulisan Bukik Setiawan penulis buku Anak Bukan Kertas Kosong. Ia mengibaratkan misi pendidikan bagaikan sirkuit balap dan taman belajar.   Indikator utama sirkuit balap adalah kecepatan. Siapa yang paling cepat mencapai garis akhir akan menjadi juara. Sorak sorai, ucapan selamat dan hadiah menjadi milik sang juara. Sementara, mereka yang tertinggal diabaikan, dicemooh atau bahkan dikeluarkan pada musim balap selanjutnya. Semakin bergengsi sebuah lomba balap, semakin besar dana yang harus disediakan untuk mengikutinya. Semakin sengit pula suasana persaingan antar pembalap dan tim untuk mencapai kemenangan. Dalam sirkuit balap pendidikan, sekolah menjadi pabrikan dan siswa menjadi pembalap. Sekolah negeri yang berkewajiban mendidik semua anak berubah menjadi selektif. Mereka lebih suka menerima murid yang kemampuan akademisnya menonjol, yang memudahkan sekolah mencapai target. Semua harus lulus ujian nasional demi nama baik sekolah. Anak-anak terus menerus

Ini Aku Bukan Kamu

Gambar
Inilah duniaku Bukan duniamu Inilah kisahku Bukan kisahmu Aku dan kamu berbeda Engkau selalu tertawa Aku hanya meneteskan air mata Perih dan perih menumpuk Menggerogoti dinding-dinding raga Mencampakkan mimpi-mimpiku Gelap, tak terarah Membuatku tersungkur Jatuh dan jatuh lagi Engkau di mana? Menatapku dengan tawa? Menangisku dengan pilu? Ah…..munafik Aku tak butuh Walau perih ini milikku Walau sakit ini takdirku Aku tak pernah kalah Aku tak pernah lelah Aku hanya butuh waktu Tuk memenangkan pergolakan ini Karena ini aku bukan kamu Kita beda (EL)

Peserta Didik Bukanlah Botol Kosong

Gambar
Ada curhatan yang menarik dari beberapa guru maupun siswa di saat kami memberikan pelatihan di beberapa sekolah binaan. Mereka mengungkapkan bahwa pelatihan yang kami berikan sangat menarik. Bukan hanya sekedar menarik, pelatihan yang digalahkan MPC NTT ini telah mampu menstimulus, menggali dan mengekspos potensi dan kemampuan para peserta yang selama ini terpendam. Buktinya beberapa siswa yang selama ini pendiam, apatis, kurang kreatif akhirnya mampu menunjukkan kemampuan yang luar biasa. Selain itu masih banyak fenomena buram yang membingkai proses dan metode pendidikan di sekolah-sekolah. Pertanyaannya, seperti apa proses pendidikan ideal yang diharapkan? Proses pendidikan seharusnya menjadi media bagi siswa untuk mengembangkan ide, gagasan dan kreativitasnya. Selayaknya pendidikan memberikan ruang seluas-luasnya bagi pengembangan daya imajinasi, penggalian potensi dan daya kreativitas peserta didik. Namun acapkali terjadi adalah sebaliknya. Proses pendidikan di sekolah seri

Jika Pendidikan Ibarat Politik Belah Bambu

Gambar
Konstitusi kita,  Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, sudah menjamin hak atas pendidikan bagi semua, tak terkecuali.  Untuk itu   negara harus menjamin hak semua warga negara tanpa terkecuali untk mendapatkan pendidikan yang layak. Namun tak dipungkiri bahwa realitanya ternyata ada sebagian golongan, pendidikan masih menjadi barang keramat yang sulit dijamah. Jika diibaratkan, pendidikan kita masih menganut politik belah bambu, di mana ada sebagian anak atau siswa yang diangkat tinggi-tinggi dan mendapatkan fasilitas pendidikan yang sangat memadai, sementara di sisi lain, ada anak yang justru sengaja diinjak, dibenamkan dan dijauhkan dari pelayanan pendidikan. Pendidikan tak ubahnya menjadi barang mewah dan mahal, yang bagi kaum ini, dirasa bagai pungguk merindukan bulan. Hanya saja, beberapa kasus bisa mencuat ke publik, karena ada keberanian dari siswa dan orangtua yang bersangkutan untuk menuntut perlakuan yang sama di dunia pendidikan. Selebihnya, mereka cenderung diam dan pasrah

“Demokrasi dan Pelaku Demokrasi (Opini ini pada tahun 2013 telah dimuat di salah satu koran lokal)

Gambar
Sistem demokrasi sebenarnya membawa angin segar bagi kesadaran perpolitikan masyarakat. Masyarakat pada umumnya berharap banyak dari sistem demokrasi itu sendiri. Kurang lebih ada beberapa hal urgen yang diharapkan masyarakat dari demokrasi . Pertama,  dengan demokrasi diharapkan keputusan-keputusan yang menentukan kehidupan kolektif  selalu berdasarkan pada pertimbangan publik yang luas.  Kedua,  demokrasi diharapkan dapat mengurangi ketidakadilan dan membuat pengorganisasian kehidupan kolektif yang lebih rasional.  Ketiga,  demokrasi juga diharapkan dapat melindungi kebebasan warga negara dan mendorong pertumbuhan ekonomi.  Keempat,  demokrasi juga diharapkan dapat menjamin kebebasan, hormat terhadap martabat manusia, adanya kedaulatan rakyat/ popular sovereignity , kesamaan politik/ political equality , adanya konsultasi dan dialog dengan masyarakat/ popular consultation , keadilan, keamanan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih matang dan mandiri.  Kelima,  demokrasi juga dih

Layakkah Digelar Pahlawan Tanpa Tanda Jasa? (Catatan Reflektif Untuk Guru)

Gambar
Pada era sekarang, kebanyakan orang memilih untuk menjalani profesi  guru itu didasarkan pada sebuah niat atau sebuah alasan yaitu pekerjaan. Ketika pekerjaan dijadikan alasan utama niat mereka itu berarti akan ada target utama yang menjadi tujuan yaitu penghasilan. Klasifikasi guru yang seperti ini bisa disebut sebagai Guru Pekerja. Tipe guru seperti ini setiap awal bulan berharap bayaran. Jika hak-haknya terusik mereka tak senggan-senggan melakukan demo dengan meninggalkan anak didiknya keluyuran sendiri karena kelasnya kosong. Apalagi guru yang sudah bersertifikasi. Setiap bulannya akan mendapatkan tambahan jutaan rupiah hanya karena mereka sudah mendapatkan sertifikat. Hal ini terlepas dari apakah kualitas yang mereka miliki itu layak atau tidak untuk diberi sertifikat? Ataukah dengan sertifikat itu akan membuat siswanya semakin cerdas dan maju? Dengan tambahan jutaan rupiah itu mereka bisa beli mobil bagus, merencanakan piknik atau bahkan keluar negeri. Dalam arti seperti

Pemimpin Rakyat Ideal (Sebuah Catatan Reflektif )

Gambar
Boleh dikatakan sebuah tradisi atau memang sebuah stategi bisnis dan politik biasanya di beberapa edisi surat kabar lokal pada kolom-kolom khusus selalu sering termuat ucapan dan proficiat atas pelantikan anggota DPR-D baru atau Bupati dan Wakil Bupati baru . Bukan hanya ucapan, didaerah pemilihan tertentu kadang dilaksanakan berbagai hajatan dengan tema syukuran atas terpilihnya pemimpin-pemimpin baru ini. Bisa dimaklumi karena hajatan-hajatan yang dilakukan ini merupakan cara pengungkapan kegembiraan masyarakat atas sebuah proses politik yang cukup menguras banyak “korban”. Malahan syukuran ini dapat dibahasakan sebagai Syukuran Rakyat Dari Rakyat untuk Rakyat. Ini menunjukan bahwa hajatan-hajatan yang dikemas sebegitu meriah ini merupakan kegembiraan rakyat karena merekalah yang menjadi penentu kemenangan ini. Kegembiraan ini juga bukan sekedar euforia yang dibangun untuk mencari nama. Bukan juga sekedar menjadikan pemimpin baru sebagai Bintang Rock yang dielu-elukan. Tetapi

Pentingnya Dialog yang Kondusif (Tanggapan Solutif tentang Persoalan Guru Lapor Murid, Orangtua Murid Lapor Guru)

Gambar
Akhir-akhir ini kita mendengar berita cukup heboh dalam ranah pendidikan yaitu konflik internal antara guru dan siswa (orangtua) yang  berbuntut pada tindakan hukum. Misalnya kasus guru yang mencubit siswa di Sidoarjo (Jawa Timur) dan Bantaeng (Sulawesi Selatan) dan siswa yang mencoret-coret tembok di Sleman, Yogyakarta. Fenomena ini menyita beragam tanggapan pro dan kontra dari berbagai pihak. Efeknya menyita perhatian banyak pihak. Setiap orang berusaha memberikan tanggapan sesuai dengan kapasitas dan sudut padang masing-masing. Saling menjatuhkan, memfitnah, menyalahkan satu sama lain akhirnya membuat relasi jadi tidak karuan. Setiap oknum mencari pembenarannya masing-masing. Sebenarnya masalah cuma sepele tetapi karena penanganannya tidak cerdas, bermotif ketidakpuasan menyebabkan nuansa saling mengkambinghitamkan sukar diredam. Apalagi setiap orang berusaha menempatkan diri pada posisi yang paling benar tanpa kompromi. Apa memang harus demikian? Terkait dengan masalah ini