Layakkah Digelar Pahlawan Tanpa Tanda Jasa? (Catatan Reflektif Untuk Guru)



Pada era sekarang, kebanyakan orang memilih untuk menjalani profesi  guru itu didasarkan pada sebuah niat atau sebuah alasan yaitu pekerjaan. Ketika pekerjaan dijadikan alasan utama niat mereka itu berarti akan ada target utama yang menjadi tujuan yaitu penghasilan. Klasifikasi guru yang seperti ini bisa disebut sebagai Guru Pekerja. Tipe guru seperti ini setiap awal bulan berharap bayaran. Jika hak-haknya terusik mereka tak senggan-senggan melakukan demo dengan meninggalkan anak didiknya keluyuran sendiri karena kelasnya kosong. Apalagi guru yang sudah bersertifikasi. Setiap bulannya akan mendapatkan tambahan jutaan rupiah hanya karena mereka sudah mendapatkan sertifikat. Hal ini terlepas dari apakah kualitas yang mereka miliki itu layak atau tidak untuk diberi sertifikat? Ataukah dengan sertifikat itu akan membuat siswanya semakin cerdas dan maju? Dengan tambahan jutaan rupiah itu mereka bisa beli mobil bagus, merencanakan piknik atau bahkan keluar negeri. Dalam arti seperti itu, mereka sudah mendapatkan kesejahteraannya. Apakah mereka salah? Tentunya tidak. Siapapun yang menjadi warga negara Indonesia harus sejahtera. Itu amanat konstitusi kita yang menjadi kewajiban negara. Tetapi masih layakkah mereka disebut "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" ? Silahkan bertanya kepada hati nurani masing-masing.

Sekarang kita refleksikan klasifikasi guru yang kedua yaitu Guru Pengabdi. Guru Pengabdi ini adalah mereka yang menjadi guru karena memang ingin mengabdi pada dunia pendidikan dan mencari arti diri dengan berbagi terhadap sesama. Mengabdi kepada kemanusiaan. Keinginan mereka adalah mengabdi, mengajar anak-anak tanpa banyak menuntut. Mereka tidak berharap segera tanggal muda. Mereka juga rela mengajar jalan kaki, terkadang tanpa buku pelajaran, whiteboard atau in-focus. Bahkan terkadang mereka mengajar tidak digedung sekolah tetapi di rumah-rumah biasa atau bahkan di pinggiran hutan. Dan ini terjadi di wilayah terpencil atau di daerah-daerah perbatasan. Mereka tidak pernah menghitung hari dan berharap tanggal muda, mereka juga tidak pernah berpikir kapan mereka akan piknik atau membeli seragam baru. Profil guru-guru seperti merekalah yang sebenarnya layak menyandang gelar 'pahlawan tanpa tanda jasa' dan layak mendapatkan kesejahteraan terlebih dahulu.  Ini hanya sekedar refleksi sederhana dari  profesi guru saat ini untuk menjadi perenungan kita bersama tentang  makna guru yang sebenarnya. Akhirnya sebuah penegasan untuk bisa kita renungkan "jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tetapi tanyakan apa yang sudah kamu berikan untuk negaramu". (EL)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Karakter: Bagaimanakah Peran Praksis Sekolah?

REKOLEKSI ala GEMADORA Kupang (Sebuah Catatan Kisah)

MADING SEKOLAH: Wadah Praktis dan Kreatif untuk Mengasah Kemampuan Menulis