Menarik untuk dicermati tulisan Bukik Setiawan penulis buku Anak Bukan Kertas Kosong. Ia mengibaratkan misi pendidikan bagaikan sirkuit balap dan taman belajar. Indikator utama sirkuit balap adalah kecepatan. Siapa yang paling cepat mencapai garis akhir akan menjadi juara. Sorak sorai, ucapan selamat dan hadiah menjadi milik sang juara. Sementara, mereka yang tertinggal diabaikan, dicemooh atau bahkan dikeluarkan pada musim balap selanjutnya. Semakin bergengsi sebuah lomba balap, semakin besar dana yang harus disediakan untuk mengikutinya. Semakin sengit pula suasana persaingan antar pembalap dan tim untuk mencapai kemenangan. Dalam sirkuit balap pendidikan, sekolah menjadi pabrikan dan siswa menjadi pembalap. Sekolah negeri yang berkewajiban mendidik semua anak berubah menjadi selektif. Mereka lebih suka menerima murid yang kemampuan akademisnya menonjol, yang memudahkan sekolah mencapai target. Semua harus lulus ujian nasional demi nama baik sekolah. Anak-anak terus mene...
Komentar
Posting Komentar