Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Jadi Produktif, Hindari Ciri Manusia Satu Dimensi

Gambar
Semenjak ditetapkan kebijakan terkait moratorium test CPNS/CPNSD pada rezim pemerintahan Presiden Joko Widodo tidak bebas masalah. Masalah yang nyata adalah makin meningkatnya angka pengangguran bagi usia-usia produktif. Kebijakan ini cukup pelik disiasati ketika sikap manja pada ajang tahunan ini sudah menumpulkan daya kreativitas . Efek yang terjadi adalah posisi dan kondisi masyarakat pencari lapangan kerja mengalami kegalauan dan dilema. Yang lebih merasakan ini adalah generasi muda pemegang ijazah. Kegalauan dan kedilemaannya  menjadikan mereka mati suri kepercayaan dirinya. Lebih menyedihkan lagi bingung dengan ijasah atau gelar akademis yang disandangnya. Bahkan ada kebanyakan dari mereka tidak bisa berbuat apa-apa, pasrah pada keadaan yang mereka alami. Jika hal ini dibiarkan berlangsung dalam rentetan waktu yang lama maka akan ada babak baru penciptaan manusia-manusia stres akan eksistensi dirinya. Jika keadaan ini  terus dipaksakan atau tidak dimanage secara bijak maka ak

LITERASI, UNTUK APA DAN OLEH SIAPA?

Gambar
Tulisan saya ini sekadar membuka pandangan kita tentang apa yang kami buat selama ini terkait pelanggengan budaya literasi ala Media pendidikan Cakrawala NTT. Saya mengatakan demikian karena mencoba meminimalisir pandangan murahan terkait misi gerakan yang selama ini kami lakukan. Setahu saya di waktu-waktu awal kami menggelorakan gerakan edukatif ini belum banyak pikiran-pikiran miring yang secara tidak langsung mencoba melemahkan semangat kami. Tetapi setelah gerakan ini mem- booming dalam payung Gerakan Literasi yang waktu itu dicanangkan secara nasional semasa kepemimpinan menteri pendidikan waktu itu Anies Baswedan tamparan keras terus menghempas semangat kami yang sedari awal sudah terbangun dengan misi yang mulia ini. Bukan sekadar mencuci tangan dari setiap hujatan itu tapi pada tulisan ini saya coba membuka cakrawala berpikir kita terkait tujuan positif dari gerakan ini. Literasi itu Penting Sebenarnya tujuan gerakan literasi ala kami ada dasarnya. Semuanya

Wajah-Wajah Pejuang: Sepenggal Kisah dari Ayoutupas

Gambar
Sejenak saya ingat kembali momen ini. Memang sudah lama terurai pergi dari memori ini. Hampir pergi begitu saja ditelan pelbagai rutinitas kantor yang cukup menyita waktu, menguras energi dan pikiran. Tapi apapun rentetan kesibukan hal itu tak mampu menghapus setiap pengalaman yang sudah membekas bahkan terkubur tanpa nama. Saya kembali mengupas memori itu. Membuka kembali satu persatu catatan-catatan tua penuh romantika edukatif yang tergores dalam lembaran-lembaran kusut buku hariannya saya. Memori bersama crew MPC NTT dalam melanggengkan budaya literasi di sekolah-sekolah di pedalaman propinsi NTT. Kali ini memori saya menuntun saya untuk mengkisahkan geliat literasi di salah satu sekolah di kabupaten Timor Tengah Selatan tepatnya di Kecamatan Amanatun Utara. Salah satu kecamatan yang mendedikasikan segala kearifan lokalnya untuk kabupaten yang terkenal dengan keunikan dan kekhasan budaya Suku Botinya. SoE dalam balutan k isah SoE itulah nama ibu kota kabupatennya. Bagi

"Senandung ini untukmu..."

Gambar
Tak bisa terkatakan  Tentang senandung ini Kurenungkan semuanya dalam diam Kubiarkan jiwa ini memanggilmu melalui kata  Kata tak bersyarat Kata yang berpemilik Sebagai penghibur hatimu dikalah gusar Tak berdaya dalam rasa yang membingungkan Aku hanya kata yang tak punya arti Tapi akan mem-bait menguak rasa Merobek kepingan-kepingan image yang tercecer Memanggilmu kembali untuk bertahan Bahwa kita bukan sekadar ilusi Tapi nyata dalam asa yang sama Teruslah bersenandung Membisikan kata-kata penuh makna Mengikat rasa yang perlahan-lahan menyentuh Pada dinding-dinding keegoan diri Keras, kaku dan terpenjarah Tetaplah bersenandung Dengan kekuatan katamu Biarlah semuanya bersenyawa  Dalam satu nada yang sama Tentang mimpi hari esok  Yang sudah tertata dalam keabadian jiwa (EL)

MENGULAS KESAL, MENGUAK PENGHARAPAN UNTUK OEVETNAI (Sekelumit Catatan Pribadi tentang Kisah Penolakan PG-PAN di Oevetnai)

Gambar
KESAL. Sebuah kata yang menggambarkan situasi dan kondisi waktu itu di hari Minggu tanggal 12 Maret 2017. Jam waktu itu menunjukkan pukul 04.30 WITA. Masih dinihari. Dalam kegalauan rasa kumenatap keluar lewat pintu sempit dari ruangan berukuran 3x4 tempat kami menumpang dan membaringkan raga. Kami hanya menumpang untuk mengamankan diri, bukan diamankan. Karena malam itu kamilah yang punya inisiatif untuk mengamankan diri. Inisiatif ini kami harus ambil karena waktu itu kami dalam posisi tidak nyaman dengan teror yang sudah disetting sedemikian rupa. Seperti itulah pemikiran kami waktu itu. Ada kesengajaan cara yang coba dimanfaatkan untuk mengusir secara halus keberadaan kami yang waktu itu dianggap sebagai gerakan yang “sangat mengancam”. Sebagai tamu yang adalah orang-orang baru berhadapan dengan situasi itu kami pun jadi dilema.   Lalu di mana inisiatif mereka yang katanya penjaga keamanan dan keselamatan masyarakat? Ah, semuanya berbalut dalam kata tanya mengapa dan kenapa

Pendidikan dan Dampak PILKADA (Menyoal Eksistensi Pendidikan Akibat Politik Kepentingan)

Gambar
Euforia politik saat menjelang sampai titik akhir penentuan sang pemimpin daerah baru dalam dinamika PILKADA di beberapa propinsi dan kabupaten pada periode ini cukup menyita perhatian berbagai pihak. Bahkan proses ini telah dibubuhi berbagai energi positif dan negatif yang cukup menguras perih. Dan jika tidak dimanage secara bijak maka efeknya bisa mencederai keharmonisan hidup bersama. Memang ini tidak mudah jika setiap pribadi, kelompok dan golongan terlalu kaku, ekstrim dengan filosofi perjuangannya untuk memenangkan pilihannya bahkan dengan secara sadar atau tidak sadar mendangkalkan makna demokrasi yang sebenarnya. Saling menuduh, memfitnah, menghujat bahkan lebih sadis lagi melengserkan “keberadaan” seseorang akibat janji politik atau efek politik balas dendam. Mekanisme tebang-pilih pun dipakai. Inilah penyakit menahun dalam dunia perpolitikan kita. Apakah makna demokrasi  harus dimaknai dan diimplementasi dengan cara demikian? Jika tidak maka fenomena ini sungguh disayangka

Jagalah Semangat Kebhinekaan Mulai dari Sekolah

Gambar
Menjelang tanggal akhir pencoblosan pemilihan gubernur Propinsi DKI Jakarta masing-masing kandidat berusaha menarik simpati masyarakat Jakarta. Salah satu upaya dialogisnya  adalah melakukan pendekatan dengan tokoh-tokoh terkemuka, yang punya nama bahkan secara terselubung punya basis masa atau simpatisan. Pendekatan antar personal dalam payung politik ini pun dikemas dengan bahasa yang lebih santun oleh media, “berguru pada guru”. Dari sekian banyak tokoh pun dikunjungi. Salah satu tokoh yang dikunjungi dan santer diberitakan  adalah mantan wakil presiden dan presiden RI, Bapak B.J. Habibie. Secara politis untuk kalangan tertentu secara khusus tim sukses pertemuan ini memang sangat dibutuhkan paling tidak untuk penyebaran isu politik sekaligus memperkuat eksistensi masa. Atau lebih penting lagi yaitu membangun kredibilitas tiap pasangan bahwa mereka bisa menjadi pemenang dalam hajabat akbar yang termaktum familiar dengan istilah PILKADA ini. Bagi seorang negarawan sejati itu

Antara Lifestyle dan Pemberdayaan Karakter

Gambar
Sampai saat ini desusan untuk menggalakkan pendidikan karakter terus berhembus kencang. Upaya ini memang sangat perlu sejalan dengan semakin lunturnya akhlak atau tabiat (karakter), akibat kebiasaan, budaya atau lifestyle   dari generasi muda di era sekarang yang cenderung terdegradatif. Bahkan secara lokal lifestyle ini cenderung mengabaikan tatanan kearifan lokal, norma atau adat istiadat yang mengikatnya semenjak mereka lahir, tumbuh dan berkembang. Terkait dengan kasus kusut ini ada banyak contoh yang bisa kita jumpai. Bahkan kebiasaan seperti ini membuat kita kerutkan kening bahkan jadi bingung; mau pakai cara apa untuk mengatasinya. Salah satunya adalah fenomena sosial yang diulas Drs. Yohanes Bere Aton dalam Rubrik Sorot di Majalah Cakrawala NTT Edisi 63 (edisi 63). Fenomena sosial-budaya ini kini secara perlahan-lahan telah menjadi budaya pesta generasi muda bahkan gerenerasi tua di Kabupaten Belu wilayah Propinsi NTT yaitu Dansa Kijomba. Apa itu dansa Kijomba? Dansa Ki