Pendidikan dan Dampak PILKADA (Menyoal Eksistensi Pendidikan Akibat Politik Kepentingan)
Euforia politik saat menjelang sampai titik akhir
penentuan sang pemimpin daerah baru dalam dinamika PILKADA di beberapa propinsi
dan kabupaten pada periode ini cukup menyita perhatian berbagai pihak. Bahkan
proses ini telah dibubuhi berbagai energi positif dan negatif yang cukup
menguras perih. Dan jika tidak dimanage secara bijak maka efeknya bisa mencederai
keharmonisan hidup bersama. Memang ini tidak mudah jika setiap pribadi,
kelompok dan golongan terlalu kaku, ekstrim dengan filosofi perjuangannya untuk
memenangkan pilihannya bahkan dengan secara sadar atau tidak sadar
mendangkalkan makna demokrasi yang sebenarnya. Saling menuduh, memfitnah,
menghujat bahkan lebih sadis lagi melengserkan “keberadaan” seseorang akibat
janji politik atau efek politik balas dendam. Mekanisme tebang-pilih pun
dipakai. Inilah penyakit menahun dalam dunia perpolitikan kita. Apakah makna
demokrasi harus dimaknai dan diimplementasi
dengan cara demikian? Jika tidak maka fenomena ini sungguh disayangkan.
Dalam dunia pendidikan efek politik demikian juga
menjadi senjata empuk bagi para pemenang tampuk pimpinan. Kawan politik akan
diakomodir dengan tawaran kedudukan yang menggiurkan sedangkan sebaliknya
kedudukan lawan politik akan ditelantarkan, dianaktirikan bahkan lebih sakit
lagi dipangkas secara tidak dengan hormat. Ada berbagai contoh yang bisa kita
angkat misalnya, pergantian kepala sekolah bukan dilihat dari kapasitas dan
kapabilitasnya tetapi karena kepentingan politik (janji politik), perekrutan
tenaga honor sekolah karena jatah penguasa politik, pemutasian kepala sekolah
atau guru secara mendadak tanpa memperhitungkan efek lanjut bagi guru dan
sekolah yang bersangkutan. Ini masih beberapa. Ada masih banyak kasus
terselubung dari politik kepentingan lainnya yang telah merasuk dan menodai dunia
pendidikan kita dewasa ini. Bagi kebanyakan orang yang mengerti dengan makna
politik cerdas maka hal-hal ini tidak boleh menjadi senjata ampuh bagi politik
kepentingan. Apalagi telah mendangkalkan makna pendidikan yang lebih
bermartabat dan profesional. Bagi mereka setiap orang punya hak memilih pada
pilihan sesuai dengan nuraninya masing-masing berdasarkan pertimbangan
baik-buruknya. Memang benar. Inilah makna demokrasi yang perlu diusung.
Di sisi lain ada yang mengatakan bahwa berbicara tentang pendidikan
dewasa ini maka tidak terlepas dari politik, bahkan dapat dikatakan bahwa
segala kebijakan tentang pendidikan pada dasarnya merupakan keputusan politik. Memang
benar. Tetapi pernyataan ini tidak sertamerta menjadikan pendidikan sebagai
lahan empuk untuk mewujudkan nafsu politik yang bernuansa kepentingan dengan menghalalkan
berbagai cara. Satu dua contoh yang diutarakan diatas bisa dijadikan sebagai
pembandingnya. Jika memang demikian maka pendidikan masih dalam perbudakan kekuatan
politik. Apakah intensi ini sangat diharapkan. Memang tidak sebebas itu. Memang
sangat memprihatinkan jika fenomena ini tetap melanggeng penuh kesadaran. Maka tidak
heran banyak pihak yang resah dengan realitas tersebut dan menginginkan
upaya-upaya perubahan untuk meminimalisasi atau mengikis elemen-elemen politik
dalam dunia pendidikan. Mereka menginginkan agar pendidikan dan politik menjadi
dua wilayah yang terpisah dan tidak berhubungan. Mereka percaya bahwa pemisahan
antara politik dan pendidikan dapat dilakukan untuk membebaskan lembaga-lembaga
pendidikan dari berbagai kepentingan politik penguasa.
Namun apapun kecenderungan upaya pemisahan dan
pengintegrasian pendidikan dan politik, keduanya akan terus saling terkait.
Pendidikan menyangkut proses tranmisi ilmu pengetahuan dan budaya, serta perkembangan
ketrampilan dan pelatihan untuk tenaga kerja, dan politik berkenaan dengan
praktik kekuasaan, pengaruh dan otoritas yang berkenaan dengan pembuatan
keputusan-keputusan otoritatif tentang alokasi nilai-nilai dan sumber daya.
Karena keduanya sarat dengan proses pengalokasian dan pendistribusian nilai-nilai
dalam masyarakat, maka tidaklah sulit untuk memahami bahwa pendidikan dan
politik adalah dua perangkat aktivitas yang akan terus saling terkait dan
berinteraksi. Untuk itu sejalan dengan konteks permasalahan yang diangkat
diatas maka salah satu jalan yang perlu dilakukan adalah mengawal dan menyikapi
segala intervensi politik yang berniuansa kepentingan dengan catatan-catatan
kritis. Hal ini sangat penting, jika tidak martabat pendidikan akan tetap dikebiri,
diperjualbelikan hanya untuk mewujudkan kepentingan politik sesaat. Pendidikan
dan politik seirama dalam menciptakan sebuah peradaban baru. Akan tetapi apabila
politik dipegang oleh orang-orang yang tidak berkompeten tentu akan rusak,
demikian juga dengan pendidikan yang membutuhkan kebijakan demi kemajuan juga
akan kena dampaknya. Ayo kita kawal mulai sekarang!!! (EL)
Komentar
Posting Komentar